News
Loading...

Balik ke Kancah Bisnis


SEPOI-sepoi, nama Siti Hediati Harijadi berembus lagi di kancah bisnis nasional. Anak keempat mantan presiden Soeharto ini sejak Juli 2005 diangkat menjadi anggota Dewan Komisaris PT Surya Citra Media Tbk. Pengangkatan Titiek-nama panggilan perempuan 49 tahun itu-tak lepas dari kepemilikan sahamnya di perusahaan induk pengelola stasiun televisi SCTV itu.

 Bahkan, kabarnya, janda bekas Panglima Kostrad Letjen (Purn.) TNI Prabowo Subianto ini pun diam diam terus menambah pundi-pundi sahamnya di sana. Di dunia bisnis, Titiek memang tak seheboh saudara-saudaranya. Meski begitu, jangan bilang jumlah perusahaan dan kekayaannya "sekuku" doang.

Menurut laporan majalah Time edisi 24 Mei 1999, kekayaannya diperkirakan US$ 75 juta atau kini setara dengan Rp 700 miliar. Jumlah itu memang jauh lebih kecil dibanding kekayaan saudara saudaranya. Masih menurut Time, kekayaan Siti Hardijanti Rukmana mencapai US$ 700 juta, Sigit Harjojudanto US$ 800 juta, Bambang Trihatmodjo US$ 3 miliar, dan Tommy Soeharto US$ 800 juta.

 Namun nilai kekayaan Titiek masih di atas Siti Hutami Endang Adiningsih alias Mamiek yang ditaksir "cuma" US$ 30 juta. Pada masa kekuasaan ayahnya, Titiek berkibar lewat bendera Grup Daya Tata Matra (Datam) dan Grup Maharani. Di bawah dua perusahaan induk itu, sekitar sembilan sektor bisnis pernah dirambahnya. Salah satu tulang punggung bisnisnya, antara lain, bergerak di sektor perdagangan. Sedikitnya lima perusahaan tercatat punya kaitan dengan dirinya, yaitu PT Aditya Nusa Bakti, PT Agung Concern, PT Dasa Mitra Upaya, PT Redjo Sari Bumi, dan PT Wahana Datam Tiara.

Sektor lain yang juga menjadi tumpuan kerajaan bisnis Titiek ialah sektor jasa keuangan dan investasi. Di sini bernaung delapan perusahaan, termasuk PT Aditya Matra Leasing, PT Maharani Intifinance, dan tiga di antaranya bergerak di bisnis perbankan: PT Bank Industri, PT Bank Putra Sukapura, dan PT Bank Universal.

 Di sektor keuangan ini pula, Titiek dulu pernah "mesra" berkongsi bisnis dengan dua sejawatnya, yaitu Tito Sulistyo dan Hary Tanoesoedibjo-kini menjabat Presiden Direktur PT Bimantara Citra. Bersama Tito yang kini juga bergabung di Bimantara, Titiek mendirikan PT Pentasena Arthasentosa, yang bergerak di bidang jasa keuangan dan investasi. Dengan Hary, Titiek pernah bersinggungan ketika menjadi pemegang saham PT Bhakti Investama pada 1997, yang saat itu menjadi satu-satunya kendaraan bisnis keluarga Tanoesoedibjo.

Yang menarik, Hary kini justru berseteru dengan Siti Hardijanti Rukmana, alias Tutut, dalam urusan kepemilikan saham stasiun televisi TPI. Di luar sektor perdagangan dan jasa keuangan, enam sektor lain yang dirambah Titiek adalah sektor perkebunan, kehutanan, kimia dan semen, konstruksi, properti perkantoran-perbelanjaan, transportasi, dan media.

 Salah satu proyek bisnisnya yang hingga kini masih berjalan adalah Mal Taman Anggrek. Pusat belanja di kawasan Slipi, Jakarta Barat, ini dibangunnya bersama Grup Mulia. Proyek lainnya yang hingga kini juga masih menghasilkan duit adalah Plaza Senayan, hasil kongsinya dengan Hashim Djojohadikusumo.

Berbeda dengan saudara-saudaranya, Titiek banyak berkecimpung dalam urusan seni lukis bersama Susrinah Sanyoto Sastrowardoyo, Ketua Umum Yayasan Seni Rupa Indonesia. Ketika yayasan ini menyelenggarakan bursa seni lukis Indonesia pada 1997, Titiek bahkan menjadi ketua pelaksananya. Kecintaannya pada dunia seni lukis membuat pemilik rumah di Grosvenor Square, London, ini rajin mengoleksi lukisan yang, menurut Time, nilainya sekitar US$ 5 juta. Titiek juga dikenal pemuja bintang-bintang film tersohor. Tak mengherankan bila dalam salah satu pesta keluarga Soeharto di Bali pada 1994, ia asyik berdansa menghabiskan malam dengan bintang laga Hollywood Steven Seagal. S
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 komentar :